POHON bercabang itu biasa, tapi pohon kelapa bercabang itu hal yang luar biasa. Lebih luar biasa lagi ketika pohon kelapa bercabang tersebut dibuat menjadi bonsai (dikerdilkan) untuk tanaman hias di rumah.
Di mata awam, mustahil membuat pohon kelapa bercabang dikerdilkan. Sebab, pohon itu umumnya tumbuh alami secara tegak lurus dan jarang bercabang. Kalaupun ada cuma satu atau dua, dan langka.
Namun bagi Moh Marsudi Suyanto (38), sesuatu yang sangat mustahil itu justru mendorong dia berpikir menemukan hal yang masih langka. Yaitu membuat bonsai kelapa bercabang. Atas temuannya tersebut, suami Ny Rudiyatin Saptosiwi (38) meraih Intisari Award kategori umum saat HUT Ke-41 majalah bulanan itu, September 2003.
Menurutnya, temuan tersebut boleh dikatakan tak sengaja. Pada 2000, bapak dua putra itu mencoba membuat bonsai kelapa. Saat persemaian, dia mengamati bonsai kelapa yang dikerumuni semut tampak tumbuh cabang lagi.
Dari benaknya muncul pertanyaan, ada mukjizat apa dibalik ribuan semut yang mengerumuni tanaman kerdil tersebut sehingga memacu pertumbuhan batang baru. Waktu itu dia hanya berpikir sederhana, tumbuhnya batang baru kemungkinan karena distimulasi air kecing/kotoran semut yang tertinggal disitu.
''Pasti ada sesuatu di dalam kotoran/air kencing semut yang bisa memacu pertumbuhan cabang baru. Namun saya tak sampai meneliti sejauh itu, zat apa yang terkandung pada semut itu,'' ujar lulusan SMT Pertanian, Kedawung Sragen 1984 itu.
Ayah Abisa Candra (12) dan Rasyid Sidik (10) itu kemudian memperoleh ide, yakni mengumpulkan ribuan semut ke wadah. Setelah terkumpul, binatang tersebut dilumat jadi satu dicampur sedikit air lalu dimasukkan botol. Hasil saringan sari zat semut (Sarmut) digunakan menetesi tunas bonsai kelapa itu guna memacu pertumbuhan batang baru.
Tinggal 10%
''Membonsai kelapa lebih sulit dibandingkan dengan pohon beringin atau pohon lain. Sebab, serat pohon kelapa sangat tipis dan mudah patah atau mati jika tersenggol tangan," ujar warga RT 1 RW 5 Desa/Kecamatan Klampok itu.
Mulanya, buah kelapa yang akan dibonsai dipotong 1/3 bagian (posisi miring), kemudian ditunggu sampai tumbuh tunas. Setelah tumbuh, ujung tunas dibelah menggunakan cutter lalu diberi sarmut 20 tetes (1 tetes-1 cc).
Paling sulit adalah merawat. Bonsai kelapa harus disiram dua kali sehari pagi dan sore. Tunas kelapa yang mulai tumbuh harus langsung dibelah sebagai perlakuan dasar. Ketika mulai tumbuh daun, disisir (dibelah) supaya kelihatan mblarak.
''Pemupukan juga harus rutin tiap 15 hari sekali agar tanah tetap gembur. Jangan lupa disemprot insektisida/herbisida guna mencegah hama/penyakit,'' ujarnya.
Karyawan Subsie Pelatihan Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian (BLKKP) Klampok itu, membuat 500 pot bonsai kelapa pada 2000. Namun kini tinggal 50 pot yang masih hidup dan lima di antaranya bonsai kelapa bercabang.
Sebagian sudah dibeli beberapa pejabat atau temannya seharga Rp 150.000-Rp 200.000/pot, karena tertarik untuk hiasan di rumah. Khusus kelapa bonsai bercabang, sengaja tak dijual karena untuk koleksi pribadi.
''Dibayar berapa pun tak akan kami lepas, karena kelapa bonsai bercabang itu akan kami rawat hingga berbuah. Kami perkirakan bonsai tersebut berbuah setelah lima tahun.''
Bupati Drs Jasri ST MM, lanjutnya, belum lama ini berminat membeli empat pot bonsai kelapa miliknya. Setelah tawar-menawar, empat bonsai kelapa itu dilepas seharga Rp 200.000 (Rp 50.000/pot), mengingat yang membeli orang nomor satu di kabupaten tersebut.
Menurutnya, semua jenis kelapa bisa dikerdilkan. Dia hanya membonsai lima macam yang dianggap punya nilai artistik. Yaitu bonsai kelapa (bonkel) warna hijau (Giok), Slanting (emas/gading), Semi Slanting (coklat), dan full Slanting (merah delima).
Nilai artistik bonsai kelapa bercabang, jelasnya, pada cabang baru yang tumbuh di batang lain, bukan dari tunas. ''Jika cabang baru tumbuh dari batang lain, karena ada perlakuan khusus. Tapi kalau cabang tersebut tumbuh dari tunas, itu memang alami,'' ujarnya. (Tjeffi Hidayat-20s)
Sumber : suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar