Jumat, 16 Oktober 2009

Memetik Untung Gede dari Mengerdilkan Kelapa

Memetik Untung Gede dari Mengerdilkan Kelapa

TENTU semua orang sangat mengenal pohon kelapa. Di negeri ini, Anda bisa menjumpainya dengan sangat mudah. Maklum, pohon ini mudah tumbuh di mana pun, apalagi di kawasan tropis yang dikelilingi laut seperti di Indonesia.

Kelapa pun mudah dibudidayakan.

Bahkan kemudahan membudidayakan kelapa ini ternyata menjadi peluang bisnis yang cukup menguntungkan. Cuma, budidaya tanaman ini tak mesti harus menumbuhkannya sampai setinggi belasan meter. Ada peluang yang lebih menguntungkan dengan membudidayakan tanaman ini dalam bentuk kerdil alias bonsai.

Lantaran bentuknya yang kerdil ini, kelapa bonsai ini malah memiliki nilai nilai jual cukup tinggi dibanding bibit normalnya. Bentuknya yang mungil dan cenderung gemuk ke samping menjadikan pohon ini lebih unik. Bahkan semakin unik bentuk kelapa bonsai, semakin tinggi harga jualnya.

Apalagi, dari tahun ke tahun, penggemar kelapa bonsai ternyata terus meningkat. Hebatnya, jenis tanaman hias ini relatif tak terpengaruh oleh tren naik turun tanaman hias jenis anthurium, aglaonema, maupun adenium. Permintaan tiga jenis tanaman ini bisa sewaktu-waktu meledak. Tapi, juga bisa anjlok seketika.

Untuk tanaman bonsai, bisa saja penggemar yang sudah terpikat pada bentuk dan keunikan tanaman ini rela mengeluarkan jutaan rupiah hanya untuk mendapatkannya. Dengan kata lain, bisnis bonsaiselalu menguntungkan dan tidak pernah ada matinya.

Tengok saja usaha budidaya kelapa bonsai di Coco Bonsai. Sejak berdiri pada 1996 silam, usaha kelapa bonsai ini terus berkembang. Salah satu sebabnya, tak banyak pemain bonsai menggarap jenis tanaman ini. “Kebanyakan bonsai berasal dari tanaman keras seperti beringin, amplas, atau kawista,” kata Setio Utomo, pemilik Coco Bonsai. Padahal, kelapa bonsai juga memiliki bentuk yang unik. Bibit buah kelapanya masih terlihat di luar. Batang dan akar juga bisa dibentuk sesuai kreativitas pembuatnya.

Menurut Setio, meskipun hanya menjual satu jenis tanaman bonsai, namun usahanya tak pernah sepi pembeli. Sekarang, ia sudah mempunyai pangsa pasar tak cuma di Jabodetabek, tapi juga ke berbagai kota di Indonesia, bahkan luar negeri. “Saya punya pembeli dari Maroko, Jepang, Amerika Serikat, dan Perancis,” katanya. Untuk peminat dari luar negeri, biasanya, Setio tidak mengirim langsung. Pembeli datang dan langsung bertransaksi. Setiap transaksi, minimal mereka mengambil 300 tanaman.

Butuh modal kecil

Kelapa bonsai ini bahan bakunya bisa menggunakan berbagai jenis tanaman kelapa. Termasuk kelapa hibrida, gading, dan genjah. “Kelapa gading paling mudah dibonsai. Soalnya, bentuk tanamannya memang sudah kecil sejak awal,” jelas Setio.

Keragaman jenis ini tidak akan mempengaruhi harga jual. Setio mengaku menjual kelapa bonsai mulai dari Rp 300.000 hingga jutaan rupiah per pohon. Ia menjual tanaman kelapa bonsai rata-rata saat berumur di atas tiga tahun dengan ketinggian di bawah 50 sentimeter. “Semakin pendek tanaman dan semakin unik bentuknya, harga semakin mahal,” tutur Setio.

Untuk memulai bisnis kelapa bonsai ini, menurut Setio, tidaklah susah. Maklum, cara budidayanya tidak sulit. Soalnya, pohon kelapa bisa tumbuh di mana saja. Selain itu, modal yang diperlukan juga tidak besar. “Budidaya bonsai hanya butuh ketelatenan dalam perawatannya," tambah Setio.

Bicara proses pembuatan, kata Setio, yang dibutuhkan hanyalah pupuk, pot, peralatan berkebun, dan bibit tanaman kelapa. Untuk bibit, buah kelapa harus benar-benar tua. “Anda bisa mendapatkan buah kelapa di pasar-pasar dengan harga Rp 5.000 per biji,” katanya. Bahkan, saat pertama kali memulai usaha ini, Setio mengaku mendapatkan bibit kelapa yang bakal ia bonsai dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Berawal dari hanya menggunakan teras di rumah, saat ini Setio sudah mempunyai lahan seluas sekitar 2.200 meter persegi untuk budidaya bonsai kelapa ini. Di lahan ini, ia mempunyai sekitar 3.000 tanaman kelapa bonsai. Semua ia budayakan dengan sistem pot.

Setiap bulan, Setio mengaku menjual minimal 200 tanaman. Saat permintaan membludak, ia menggandeng mitra binaan di berbagai daerah, seperti di Malang, Purwokerto, dan Yogyakarta untuk memasok. “Ada 12 mitra binaan. Sebagian besar di Malang ” katanya.

Saat ini, Setio berusaha memperluas pasar penjualannya. Biasanya, ia mengikuti berbagai ekspo tanaman hias. Ia juga memajang tanamannya di Dinas Pertanian DKI Jakarta sekaligus sebagai wahana promosi. (Adi Wikanto/Kontan)

Sumber : Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar